Sebelumnya saya telah menjelaskan beberapa kenduri yang diselenggarakan oleh perorangan dengan maksud tertentu, kali ini saya ingin menjelaskan kenduri yang dilakukan oleh komunitas alias masyarakat. Kita akui bahwa adat budaya Jawa sangat rumit tentang upacara ataupun yang lainnya, kekayaan inilah yang membuat semua orang bangga dan banyak bersyukur pada Tuhan.
Tujuan utama dari kenduri kelompok ini biasanya mengharapkan sebuah kesejahteraan, bentuk terima kasih atas karunia Tuhan, dan segala tujuan yang diharapkan madya setempat. Kenduri kelompok tidak diselenggarakan di rumah perorangan melainkan di tempat umum atau fasilitas umum seperti Balai Desa, Lapangan, Masjid, Mushola maupun fasilitas umum lainnya. Kenduri ini diselenggarakan dengan dana desa atau kelompok tertentu baik melalui galangan dana maupun membawa tumpeng, makanan ringan dan minuman yang telah dibagi tugaskan kepada orang-orang yang berpartisipasi.
Hidangan Kenduri Kelompok, Foto Milik Bapak Kiyai Soedirman Moentari |
Kenduri kelompok tidak ada undangan resmi melainkan kesukarelaan untuk datang. Tidak hanya laki-laki atau perempuan saja yang yang ikut serta melainkan semua kalangan. Karena mengharapkan suatu kesejahteraan, keselematan dan keamanan bersama maka yang datang dari berbagai kalangan jenis kelamin, usia, profesi dan yang lainnya.
Upacara prosesi kenduri diketuai oleh pemuka agama setempat biasanya per-RT, atau tergantung pada tingkatan penyelenggara suatu kenduri. Terdapat pembagian tugas pada sesi tawasul, sambutan maupun prosesi adat lainnya. Pakaian yang digunakan biasanya bebas tapi sopan, lebih mengutamakan pakaian dengan aturan agama Islam. Dalam waktu dan tempat berbeda kadang tidak ada aturan pakaian dengan cara agama Islam melainkan aturan norma kesopanan dalam berpakaian.
Hidangan yang dibawa tak ubahnya kenduri lainnya hanya tidak ada besek yang dibawa ke rumah, bisa dibawa ke rumah namun hanya berbungkus daun pisang, namun bisa jadi karena perkembangan zaman bisa dibawa dengan kotak nasi maupun pembungkus makanan lainnya. Hidangan utama biasanya berupa nasi tumpeng baik nasi putih, nasi kuning atau nasi gesek. Minuman yang disediakan utamanya adalah air teh dan air bening. Jarang sekali yang menyediakan air kopi maupun air jenis lainnya.
Makanan yang tersedia biasanya hasil galangan dana masyarakat ataupun hasil sumbangan makanan langsung jadi dari masyarakat. Hidangan kenduri bersama ini lebih diutamakan dimakan bersama selepas doa ataupun selesai upacara kenduri. Keutamaan dari kenduri bersama selain doa bersama yakni terjalinnya hubungan yang harmonis antar individu ataupun kelompok masyarakat. Terjalinnya hubungan harmonis tercipta dengan sempurna dan menyenangkan saat prosesi makan bersama.
Kenduri Sawalan/Kenduri Bada
Kenduri kelompok ini termasuk dalam katagori kenduri rasa syukur atas nikmat sehat dan segala rahmat selepas melaksanakan puasa Ramadan satu bulan penuh dalam kalender Islam, Hijriyah. Kenduri ini dilaksanakan di mushola ataupun masjid selepas sembahyang Idul Fitri. Kenduri dipimpin oleh bapak Haji atau kiyai yang memimpin mushola ataupun masjid tersebut.
Makanan yang dihidangkan berupa tumpeng yang dibawa setiap anggota masyarakat dalam wilayah RT ataupun jemaat mushola/masjid tersebut. Tidak tersedia minuman karena sajian ini boleh dibawa pulang untuk dimakan oleh keluarga saat Idul Fitri.
Kenduri Suronan/Suro
Kenduri dilaksanakan untuk menyambut tahun baru Islam ataupun tahun baru kalender Jawa Islam sebagai bentuk rasa syukur akan tahun yang telah berlalu dan juga mengharapkan segala yang baik pada tahun selanjutnya. Diselenggarakan di Balai Desa, Lapangan, maupun fasilitas umum lainnya. Pengunjung bukan hanya dikalangan agama Islam saja melainkan semua penduduk yang ada.
Penyelenggara membuat gunungan yang terbuat dari hasil bumi baik buah-buahan maupun sayur-sayuran sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan. Di Surakarta maupun Yogyakarta juga disebut sebagai sekaten. Selain porsesi doa, ada prosesi adat budaya lainnya misalnya iring-iringan atau pawai kebudayaan. Pada umumnya diselenggarakan pada siang hari, ada juga yang diselenggarakan pada malam hari. Saat penyelenggaraan malam hari dilaksanakan di mushola, masjid, Balai Desa atau dalam ruangan.
Berbagai hidangan hasil sumbangan dana masyarakat ataupun sumbangan makanan dari masyarakat dimakan bersama setelah prosesi. Beberapa orang yang percaya akan menyimpan hasil prosesi rebutan gunungan sebagai sebuah berkah.
Kenduri Di Suriname, Foto Milik Bapak Kiyai Soedirman Moentari |
Kenduri Munggahan Puasa
Kenduri kelompok ini termasuk pada ungkapan rasa syukur akan menyambut bulan Ramadan yang suci bagi umat Islam, tentunya dilaksanakan di mushola ataupun masjid terdekat. Kenduri munggahan dilaksanakan pada malam pertama bulan Puasa/Ramadan selepas solat sunah Ramadan (tarawih).
Hidangan yang disediakan berupa tumpeng nasi berserta laukpauk. Dalam kenduri ini tidak disediakan minuman karena sajian ini untuk dinikmati saat dirumah menjelang sahur (makan terakhir sebelum fajar). Sumbangan hidangan dibawa oleh masyarakat yang mampu dan mempunyai dana untuk membuatnya. Bagi yang tidak mempunyai dana tidak mengapa jika tidak membawa tumpeng.
Lumayan banyak juga ya, mungkin saudara sekalian mempunyai adat kenduri kelompok lainnya yang lebih spesifik, silakan diceritakan pada kolom komentar. Semoga tradisi ini akan selalu lestari. Salam.
Pagi yang becek, 7 April 2018.
Komentar