Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Koleksi Uang Koin

Beberapa Koleksi Uang Koin 

Posting hari ini merupakan salah satu bentuk recall memori otak saya, bagaimana tidak?! Sudah lama sekali tidak ngoprek koleksi yang satu ini, biasanya hanya perangko dan kartupos saja yang tiap minggu atau bulan dioprek. Hobi ini saya tinggalkan mungkin karena koleksi yang susah dicarinya, tempat koleksi yang belum diperhatikan oleh saya, dan termasuk koleksi yang cukup mahal. 

Awal mula mengoleksi uang koin pertama pada saat duduk di kelas enam Madrasah Ibtidaiyah (MI), saat itu sepupu mempunyai banyak sekali uang koin lama seperti uang koin gambar Tabanas, uang koin gambar padi yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial dan yang lainnya. Hati sedikit iri karena keindahan gambar dan nilai sejarah pada koleksi uang koin yang dimiliki sepupu. Iri dengki membawa saya memulai mengumpulkan uang koin lama untuk dikoleksi. Pertama-tama mendapatkan dari bongkaran rumah lama maupun orang yang hendak pindah rumah, biasanya terdapat uang-uang koin yang lupa atau tercecer tidak sengaja hingga berumur-umur tidak pernah ditemukan. Konstribusi dari nenek juga ikut andil, mereka ternyata mempunyai beberapa uang koin lama yang biasa digunakan sebagai alat kerokan. 

Menjelang pindah sekolah sepupu yang mengoleksi uang koin menawarkan koin koleksinya untuk dijual murah ke saya, tentunya sangat menggembirakan. Harga satu keping dibeli 500 rupiah saja, kondisi koin bagus tanpa cacat. Selepas sepupu pergi sekolah dan pesantren di Jawa Tengah, saya menjadi kolektor tunggal di kampung. Kemudahan mendapatkan barang koleksi dari teman maupun saudara yang memberikan tanpa imbalan uang atau barang lainnya. Selain koin lama banyak juga saudara-saudaraku memberikan uang koin atau uang kertas (bill) dari negara lainnya misalnya Korea Selatan, Singapura dan Malaysia. Terakhir sekali saya menambahkan koleksi sepulang dari plesiran ke Malaysia. Sekitar 10 keping lebih uang koin sisa jajan di sana.

Uang Koin Luar Negri

Beberapa koleksi pernah hilang ataupun diminta paksa oleh teman maupun saudara. Mungkin karena tidak terlalu suka dengan koleksi jenis uang koin membuat mudah melepas barang koleksi kepada orang lain. Kejadian terburuk saat saya masih bekerja di Bekasi, barang koleksi hanya disimpan begitu saja di lemari, keponakan dengan mudah mengambil dan dibuat mainan. Beruntung hanya beberapa koleksi yang hilang.

Jumlah koleksi uang koin saya tidak banyak sekarang hanya kurang dari 100 bahkan kurang dari 50 keping saja. Koleksi yang saya miliki diantaranya:

1. Uang Rp 25 Sen Indonesia, bergambar lambang Garuda Pancasila dengan tulisan Indonesia dalam alphabet latin (keping belakang), sementara keping depan bergambar tulisan besar Indonesia, 25 Sen dan tahun 1955 dalam alphabet latin. Perlu diketahui edisi sebelumnya uang Indonesia dan uang pemerintah kolonial menggunakan alphabet Jawi/Pegon (Arab), pada umumnya masyarakat Indonesia saat itu buta huruf alphabet latin namun tidak buta huruf dalam alphabet Jawi/Pengin dan alphabet Jawa sehingga untuk memudahkan masyarakat bertransaksi pemerintah saat itu mengeluarkan uang dengan menggunakan alphabet Jawi/Pegon dan alphabet Jawa.

Keping Belakang Yang Bertuliskan Indonesia Dalam Huruf Arab Pegon/Jawi

2. Uang Rp 10 Indonesia, bergambar lambang Tabanas dengan tulisan 'menabung untuk menunjang pembangunan'. Sementara keping belakang bertuliskan Bank Indonesia, nominal 10 Rupiah, dan tahun emisi 1979.

3. Uang Rp 5 Indonesia, bergambar burung berbuntut panjang dengan tulisan nominal Rp 5 yang besar. Keping belakang bertuliskan Bank Indonesia, nilai nominal Rp 5 dan tahun emisi 1970.

Uang Rp 5 Dengan Gambar Burung Berbuntut Panjang

4. Uang Rp 5 Indonesia, bergambar lambang Keluarga Berencana (KB) dengan moto 'keluarga berencana menuju kesejahteraan rakyat', keping belakang bertuliskan Bank Indonesia, nominal Rp 5, dan tahun emisi 1974. Uang Rp 5 rupiah bergambar lambang Keluarga Berencana ada beberapa macam bentuk ukuran besar dan kecil, juga mempunyai beberapa tahun emisi.

5. Uang Rp 50 Sen Indonesia, bergambar wajah Pangeran Dipanegara (Diponegoro), ada yang unik pada uang ini, pada emisi tahun 1957 di keping depan bergambar wajah Pangeran Dipanegara dan tulisan 'Dipanegara', sementara pada emisi tahun 1952 di keping depan bertuliskan 'Dipanegara' dalam alphabet latin dan Arab Pegon/Jawi. Hal ini membuktikan pergeseran angka buta huruf alphabet latin yang sudah mulai diterima oleh masyarakat Indonesia saat itu.

Dua Keping Uang Rp 50 Sen Berbeda Tahun Emisi

6. Uang Rp 10 Sen Indonesia, keping depan bertuliskan Indonesia, tahun emisi 1954, dan nominal 10 Sen dalam alphabet latin, sementara keping belakang bergambar lambang Garuda Pancasila bertuliskan Indonesia dalam huruf Arab Pegon/Jawi.

7. Uang Rp 5 Sen Indonesia, unik sekali pada uang koin 5 Sen ini karena tengahnya yang bolong. Uang ini bergambar bulir padi bertuliskan Indonesia dan nominal Rp 5 Sen dalam alphabet latin, sementara keping belakang bertuliskan Indonesia dalam huruf Arab Pegon/Jawi penuh.

8. Uang XX Cent Gulden Nederland Indie, uang kolonial yang saya punya ini sudah tidak tampak dengan jelas gambar maupun tulisanya. Bagian keping belakang bertuliskan tahun emisi 1902 dan berlambang khas kerajaan Belanda. Uang kolonial ini saya dapatkan dari nenek dari pihak ibu. Nenek bilang bahwa itu uang Benggol, uang Londo.

Keping Uang Benggol Masa Kolonial

9. Uang Rp 100 bergambar rumah padang, uang ini pernah saya gunakan pada saat masih duduk di kelas 1 MI pada tahun 1997. Tebal sekali uang ini, pinggir keping uang ditulis 'Bank Indonesia'. Keping belakang bertuliskan nominal uang, Bank Indonesia dan tahun emisi 1973. Saat itu uang tebal ini digunakan untuk main dingdong!

10. Uang Gulden Xx bertuliskan alphabet Arab Pegon/Jawi di tengahnya sementara di pinggir bertuliskan huruf Jawa. Tidak diketahui pasti nilai uang tersebut karena termakan usia sehingga tidak jelas huruf timbulnya, hanya tertera tulisan 'Cent' saja dengan tahun emisi 1902.

Uang Gulden Kolonial Bertuliskan Huruf Jawa dan Arab Pegon

11. Uang Rp 25 Sen, keping depan bertuliskan nominal uang, tulisan Indonesia, tahun emisi 1952 dalam alphabet Latin, sementara pada keping belakang bertuliskan Indonesia dalam huruf Arab Pegon/Jawi dan gambar Garuda Pancasila.

12. Uang 1 Gulden Nederland Indie, berbentuk bulat dan bolong di tengahnya. Uang ini bergambar bulir padi di keping depan, sementara keping belakang bertuliskan Arab Pegon/Jawi dan huruf Jawa.

Itulah beberapa koleksi uang lama yang saya punya, sementara uang dari luar negri tidak saya bahas karena tahun emisi masih 'muda'. Saat saya tinggal di Tasikmalaya tahun 2009-2012 banyak sekali penjual uang koin lama dan uang kertas lama di pasar Kojengkang, Dadaha. Koleksi yang dijual sangat bagus dan bersih sekali. Kondisi tersebut tentunya mempengaruhi nilai jual dari koleksi.

Demikian cerita hari ini, semoga bermanfaat.

Pagi mendung dengan suara podcast VOA Indonesia, 10 April 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...