Gedung Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Daerah Kota Banjar |
Akhir Januari menjadi hal pertama untukku, bukan suatu kebanggan sebenarnya tapi sebuah langkah awal untuk selalu belajar dimanapun berada. Pagi sedikit penuh kabut di ujung timur Kampung Kubangpari, putih tipis bak kapuk bertebaran. Dengan pakaian khas pembalap sepeda gayung, pedal memutar dengan tenaga organik dari metabolisme tubuhku.
Tujuan gowes kali ini bukan hanya sekedar olahraga pagi di akhir pekan tapi ada misi lingkungan terutama penyalahgunaan satwa liar dilindungi sebagai hewan peliharaan. Diskusi semalam dengan PROFAUNA menjadi titik utama tujuan gowes hari ini, saya ingin membuktikan dengan foto-foto bahwa ada oknum orang kaya yang memelihara primata yang dilindungi undang-undang. Bagi saya ini bukanlah tindakan heroik, melainkan sebuah kepedulian terhadap sesama manusia dan lingkungan. Toh semua juga akan merasakan dampak yang berarti jika salah satu satwa punah dan ingat primata adalah salah satu hewan yang memberi kita pangan dengan cara menebar benih dari yang ia makan.
Matahari sudah naik sekitar sudut 40 derajat, kekuatan cahaya semakin kuat dan terasa hingga bantalan daging yang membelit tulangku. Kota kecil yang bernama Banjar agaknya masih ngantuk untuk memulai hari, toko-toko belum buka semua. Titik sasaranku ternyata baru bangun, tidak tampak kandang primata yang dipamerkan di depan tokonya. Aku bingung mau ke mana lagi setelah ini. Mencari bukti gagal!
Halaman Depan Perpustakaan |
Navigasi alamiahku membawa ke arah barat menuju Cisaga. Jalan bergelombang membuat peluh terkuras banyak dan terjadilah kebuntuan tujuan. Beruntung aku ingat tujuan yang sudah lama dipendam yakni berkunjung ke Perpustakaan Daerah Kota Banjar.
Lokasi perpustakaan belum saya ketahui sebelumnya, seperti biasa aplikasi terbaik mencari lokasi yakni Google Maps. Beruntungnya perpustakaan daerah sudah masuk ke dalam data Google Maps jadi mudah untuk mencari. Tampak di aplikasi lokasi memang mudah dijangkau tapi ternyata lokasi gedung nyungsep tidak tampak di pinggir jalan.
Bisa dibilang perpustakaan Kota Banjar cukup rumit untuk dicari karena berada dalam komplek perkantoran kedinasan, jadi harus tanya-tanya petugas di sana. Gedung perpustakaan berada di sebelah barat, tepat di sebelah gedung Inspektorat Daerah. Lokasinya cukup nyempil jadi memungkinkan orang bingung untuk mencari. Dari lokasi yang nyempil ini menjadi indikasi di mana pengunjung sangat jarang terlebih lagi pengunjung harus masuk ke wilayah perkantoran sehingga membuat malas datang.
Deretan Koleksi Buku |
Gedung perpustakaan bercat warna merah, terdapat fasilitas parkir di samping gedung dan mempunyai beranda tanpa hiasan apapun. Plang perpustakaan juga tidak ada layaknya sebuah rumah di perum, gedung ini hanya mempunyai satu lantai saja. Koleksi perpustakaan sangat terbatas hanya beberapa cabang ilmu saja seperti ilmu kesehatan, sejarah, filsafat, sastra, perkebunan dan yang lainnya. Kalau boleh menilai perpustakaan ini lebih seperti perpustakaan komunitas.
Fasilitas yang tersedia terdapat dua sofa empuk sebagai tempat membaca. Tentu saja sofa tersebut tanpa meja. Terdapat satu komputer, entah buat apa. Saya tanyakan komputer pencari ternyata tidak tersedia. Suasana nyaman karena kursi sofa yang empuk disertai dengan pendingin udara yang berfungsi baik. Kekurangan hanya petugas yang di-isi oleh pegawai perempuan yang selalu bergosip ngalor-ngidul membicarakan temannya yang hamil duluan.
Hari itu akulah satu-satunya pengunjung yang datang, tampak dari absen manual di buku kunjungan. Seperti biasanya perpustakaan adalah tempat yang jarang dikunjugi orang kecuali di lingkungan pendidikan. Buku-buku juga jarang dipinjam, terlihat dari data kertas secarik yang berisi peminjaman buku. Apa karena lokasinya yang ngumpet menjadi faktornya ya? Tapi aku lebih percaya pada faktor minat baca masyarakat masih rendah. Ya sudahlah semoga generasi selanjutnya akan lebih mencintai buku dan perpustakaan.
Pojok Baca Sumbangan Bank Indonesia |
Untuk membaca buku di perpustakaan tidak perlu kocek uang hanya bermodal absen saja. Mengenai keanggotaan dan pinjam buku saya tidak sempat menanyakan, sebenarnya mau menanyakan tapi takut menganggu kualitas gossipan mereka yang berjalan dengan asyik.
Buku sumbangan dari Bank Indonesia adalah salah satu buku yang paling berkualitas di antara yang lainnya. Buku yang lainnya umumnya keluar dari percetakan indie dan pengarang amatir yang banyak mencatut sumber dari Blogspot. Buku sejarah yang menarik di rak Bank Indonesia adalah Babad Tanah Jawa. Buku tersebut menceritakan kerajaan-kerajaan di tanah Jawa.
Suasana Perpustakaan Daerah Kota Banjar |
Hanya satu jam lebih saya membaca dan memotret tiap halaman buku untuk dibaca kembali di rumah. Kunjungan pertama bagiku cukup mengecewakan karena petugas yang lebih banyak menggosip kejelekan rekan kerja sendiri dan sederet kata-kata kasar dari petugas lain. Walaupun tidak ada ngaruhnya dengan buku tapi konsentrasi membaca buyar. Semoga hanya terjadi pada saat itu saja.
Komentar