Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Mahardika

Cerpen ini telah dibacakan pada tanggal 20 Maret 2019 di acara Baca Buku, Radio Taiwan Internasional (RTISI).

Mahardika nama yang disematkan ibunya pada si bajang bayi, sejak hari ketujuh setelah kelahiran. Nama Mahardika dipilih Kusmiyati sebagai harapan pada dirinya dan anak yang dilahirkannya. Kusmiyati memilih nama itu bukan semata ingin bebas merdeka dari jeratan hukum yang dijatuhkan hakim tujuh bulan lalu. Mahardika dipilih atas pesan kakeknya yang selalu bercerita untuk menjadi orang mahardika atau merdeka saat ia masih kecil. Harapan menjadi orang merdeka seutuhnya tertunda dalam kurungan besi. Kini ia hanya bertabah diri untuk menunggu kemahardikaan sejati.

Matanya berkaca-kaca ketika melihat Mahardika, dengan pandangan kosong dan melayang pada sebuah pengalaman pahit yang menyebabkan dirinya terjebak hukum.

Kusmiyati terlahir pada sebuah keluarga sederhana di kampung Sidomulya, hidup dalam serba kecukupan membuat orang tuanya tak mengantarkan dirinya sampai pada sebuah jenjang pendidikan tinggi. Dia hanya lulus SMP saja, namun pendidikan budi pekerti khas jawa tersemat begitu kuat dalam dirinya. Dia terkenal kesopanan dan keramahannya di kampung Sidomulya, tak sedikit orang memuji pada budi pekertinya yang bisa dianggap sempurna.

Setelah lulus SMP Kusmiyati berniat membantu orang tuanya yang hidup serba cukup. Tak ada pekerjaan lain yang dia pilih selain ajakan tetangga yang membawanya pada sebuah keluarga majikan di Jakarta. Dia bekerja menjadi pembantu rumah tangga atas ajakan tetangganya yang sedikit memaksa. Kusmiyati sedikit ragu tapi semakin mantap saat melihat kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan.

Majikan Kusmiyati merupakan pejabat eselon dua yang cukup mempunyai banyak harta. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dirinya di desa. Gaya hidup sang majikan super gemerlap membuat buta pada sebuah tata etika, bahkan gayanya melebihi kebengisan tentara Belanda yang diceritakan guru sejarahnya saat duduk di bangku SMP. Sebulan telah berlalu Kusmiyati bekerja dengan semua perintah sang majikan. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kemampuan maksimalnya. Kini Kusmiyati sudah bisa membiasakan diri dengan lingkungan sekitar baik pada peralatan rumah tangga yang ia gunakan bahkan pada sistem sosial di sana tanpa menghilangkan etika jawa yang dia pegang.

Kulit kuning langsatnya semakin cerah, wajahnya semakin ayu seiring dengan umurnya yang semakin mekar bagai bunga mawar merah. Tak ada satupun lelaki di komplek perumahan itu yang tidak menginginkannya. Bahkan yang sudah beristri juga menyimpan keinginan untuk Kusmiyati. Keayuan Kusmiyati memang menarik semua orang terlebih pada keramahannya dan kesederhanaanya.

Waktu berjalan begitu sempurna hingga mencapai dua tahun sudah, dia bekerja di rumah majikan. Tak banyak perubahan pada diri Kusmiyati, dia masih tetap Kusmiyati yang dulu selalu menjaga adat kesopanan jawa. Hanya wajahnya dan badanya semakin besar seiring usia bertambah. Hingga suatu ketika nasib sial menghampirinya pada malam akhir tahun yang sepi.

Tak disangka, kebaikan majikan berubah seperti srigala yang haus darah biri-biri. Cengkraman tangan berbulu itu memaksa Kusmiyati tunduk pada kehendak jahatanya. Kusmiyati hanya terdiam, menagis batin pada pojok dapur yang berisik oleh suara-suara pemaksaan majikan. Dia terkapar dengan peluh-peluh di wajah, sekujur tubuhnya terasa lemas dan sakit. Begitu pula hatinya yang sudah hancur lebur.

Hati Kusmiyati merasa bersalah, hina dan terlalu menjijikan. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya untuk sebuah pengaduan, tak ada manusia satupun yang dia pilih sebagai tempat pengaduan. Hanya Tuhan yang menjadi tempat mengadunya dalam kehinaan ini. Kusmiyati berlinang air mata sepanjang pengaduannya.

Kehinaan itu selalu datang memaksa setiap minggu saat istri majikannya tidak ada di rumah, selalu berulang dan berulang hingga sebuah puncak penolakan hebat dari tubuh Kusmiyati yang lemah. Di pojok dapur itu, Kusmiyati hilang nalar untuk membela diri dan martabatnya. Sebilah pisau diraihnya untuk membela martabatnya yang tercabik-cabik dalam berminggu-minggu lalu.

Darah segar di ujung pisau stainless menetes begitu deras dan muncrat begitu lepas dari tusukan pertama. Kusmiyati masih hilang nalar saat membela martabatnya, kini tusukan kedua jatuh pada bagian perut merobek gulungan usus yang terkumpul pada kantong perut. Tidak ada jeritan dari kedua manusia di pojok dapur yang sepi. Suara mengaduh beberapa kali keluar dari mulut lelaki durjana itu hingga suaranya menghilang karena lemas dan tewas.

Nalar Kusmiyati kembali normal. Dia histeris dengan apa yang telah dia lakukan. Beberapa kali dia menjerit hingga tetangga rumah dan satpam mencurigai. Brak…. Pintu rumah didobrak satpam dengan sejumlah orang yang mencurigai suara histeris dari dalam rumah pejabat eselon dua itu. Kusmiyati masih terdiam lemas dengan pikiran yang melayang-layang antara nalar waras dan nalar khilaf.

Jeritan histeris kembali menyeruak setelah beberapa orang laki-laki dan perempuan yang ikut mendobrak pintu melihat lumuran darah di lantai dapur. Jeritan histeris itu tak begitu lama hingga orang-orang sekompleks perumahan datang melihat tubuh si durjana tewas berlumuran darah oleh Kusmiyati.

Kusmiyati masih saja linglung dengan apa yang terjadi hingga dia mengalami penurunan kesadaran. Beberapa orang membawa Kusmiyati untuk dipulihkan kesadarannya, dan tim satpam komplek menghubungi polisi dan kerabat si durjana.

Kembali air mata Kusmiyati menetes deras saat melihat wajah Mahardika yang masih berwarna kemerahan. Sekaan tangannya tak cukup sekali menghampiri mata penuh air kesedihan. Mahardika buah si majikan kini menjadi anaknya, anak yang dilahirkannya, anak dari sebuah paksaan dan dari sebuah kejadian mengerikan.

Ingatannya kembali lagi saat Mahardika disusuinya.

Kusmiyati malang ditangkap polisi dengan mulut yang masih terbungkam, wajahnya pucat pasi karena ketakutan dan merasa bersalah. Dia juga masih dirundung trauma mendalam karena paksaan demi paksaan yang dia peroleh di pojok dapur. Dia hanya tertunduk, tanpa bicara, tanpa gerak. Kusmiyati seakan menjadi seorang penderita gangguan jiwa. Penyelidikan polisi terhambat oleh keadaan Kusmiyati yang masih dalam kondisi syok.

Sebulan kurang kewarasan Kusmiyati pulih dengan bantuan pskolog dan ahli-ahli lainnya. Nalar sehatnya kembali, namun martabatnya tidak pernah kembali tetap rusak oleh si durjana. Polisi kembali melanjutkan ke penyelidikan hingga jatuhnya Kusmiyati pada dakwaan yang tak masuk akal.

Kusmiyati menjadi tersangka, martabatnya yang tergilas pecah semakin pecah. Dia tetap terdiam, hanya pada Gusti dia berbicara dan mengadu apa yang dia rasakan. Berbagai pembelaan terhadap Kusmiyati kalah telak oleh hukum yang dibeli oleh keluarga si durjana. Kini Kusmiyati dihukum 20 tahun penjara tanpa mempertimbangkan haknya dalam membela martabatnya saat peristiwa itu terjadi. Pembelaan itu seakan sebuah kertas tipis yang mudah dirobek oleh sang penguasa hukum.

Kusmiyati memeluk erat Mahardika anak pertamanya dengan cinta kasih seorang ibu.

Pamarican sebelum tidur, 18 Februari 2019

Waluyo Ibn Dischman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Secangkir Kopi Instan Vietnam: G7 CA PHE THU THIET

Kopi Instan Vietnam G7 3In1  Pulang dari kantor perwakilan VOV di Jakarta saya mendapatkan beberapa oleh-oleh istimewa dari Vietnam, salah satunya kopi instan asal Vietnam. Jenama kopi instan itu adalah G7 CA PHE THU THIET, milik perusahaan besar kopi Vietnam. Perusahaan kopi ini menyediakan berbagai produk kopi instan yang didagangkan ke beberapa negara dunia. G7 CA PHE THU THIET mempunyai beberapa jenis diantaranya: G7 2in1, G7 3in1, Pure Black, Cappuccino, Strong X2, Passiona dan White Coffee. Di Indonesia sendiri kopi Vietnam G7 3in1 masih dijual secara online melalui Shopie.Id, Bukalapak dan yang lainnya. Setiap toko online membandrol harga yang bermacam macam, berkisar dari Rp 70.000 sampai 150.000.  Cara Penyeduhan Cara penyeduhan seperti pada umumnya kopi instan lainnya dengan air panas baik 80°C atau 100°C atau bisa menggunakan air es sebagai hidangan kopi dingin. Siapkan cangkir kopi, sobek bagian atas kemasan, masukkan kopi, tuang air panas atau d

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d