Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Filsafat Puasa: Islam Dan Sejarah

Puasa memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungi dan mengambil pelajaran, mengambil iktibar dari kehidupan kita sehari-hari selama ini. Sebenarnya iktibar bukan hanya dari kehidupan kita sendiri, melainkan dari kehidupan, sejarah, pengalaman orang lain, bangsa lain, dan golongan lain. 

Kenapa kita harus belajar, mengkaji pengalaman dan yang lain sebagainya? Karena agar kita tidak mudah keliru atau tersesat. Tiap hari kita membaca surat Al Fathihah yang pada ayat ke-enam dan tujuh yang menegaskan jangan sampai kita salah jalan seperti umat terdahulu. Jadi kita belajar dari kita sendiri, dari orang lain untuk menjadi orang yang tidak dimurkai Allah dan agar kita tidak tersesat. Ke-dua ayat tersebut harusnya menjadi penginggat bagi kita karena dalam sehari minimal 17 kali membaca kedua ayat tersebut pada setiap rakaat shalat fardu. Maka belajar lingkungan belajar sejarah, belajar ilmu lainnya itu penting. Untuk belajar sejarah, umat Islam pasti kenal tokoh sejarah dan imu sosial dari kalangan Islam yakni Ibn Khaldun. Menurut Ibn Khaldun dalam teori siklus mengatakan bahwa sejarah itu berputar, sejarah itu berawal dari lahir, lalu tumbuh, dewasa, stagnant, lalu tua dan mati. Dan kemudian ada kelahiran kembali, seperti itulah siklusnya selalu berputar. 

Sebagai contoh siklus sejarah dimana dulu Islam tumbuh, berkembang, berjaya, dan lumpuh; manusia lahir, tumbuh, dewasa, tua dan mati. Itulah contoh dari siklus hidup yang dalam bahasa jawa disebut cokro manggilingan. Karena kehidupan yang mempunyai siklus memutar tersebut maka kita wajib menghadapi perubahan, pertumbuhan, menghadapi masa tua, menghadapi mati dan sebagainya. Dari serangkaian itu maka dapat disimpulkan kita wajib belajar dari sejarah. 

Artefak merupakan sumber sejarah

Ada pelajaran menarik dari Ibn Khaldun tentang sejarah yakni kita harus hati-hati dalam belajar sejarah, jangan sampai kita ditipu sejarah dan keliru memahami sejarah. Ibn Khaldun berpendapat bahwa orang keliru atau ditipu sejarah ada beberapa sebab diantaranya: 

1. Terlalu Fanatik terhadap pendapat-pendapat atau mazhab-mazhab tertentu, dan ini merupakan sebuah penyakit. Biasanya orang saking cintanya pada kelompok atau mazhabnya akhirnya tidak fair, yang baik atau jelek, yang bener atau tidak jika dari kelompok atau mazhabnya biasanya dianggap benar semua. Ini merupakan awal dari distorsi sejarah yang menyebabkan orang menjadi tidak adil. Jadi kita harus hati-hati saat mengamati sebuah kebenaran sejarah dengan cara cek ulang apakah hal tersebut merupakan sikap fanatisme dari kelompok atau mazhab kita.  

2. Terlalu percaya pada informan sejarah, ini merupakan suatu bentuk fanatik pada seorang tokoh sejarah yang menjadi informan sejarah itu (fanatik individual). Biasanya karena yang berbicara orang itu, tokoh itu yang kita dukung, yang kita cintai/sukai atau idolakan semua informasi yang diberikannya kita terima dengan mentah-mentah tanpa cross check kembali. Fanatik terhadap tokoh individual ini merupakan sumber miss information, sumber kebohongan sejarah.

3. Faktor ke-tiga merupakan dari diri sendiri karena saat mendapatkan informasi tidak bisa memahami maksud dari informasi itu. Hal ini memang berhubungan dengan kapasitas kita dalam berpikir dan memahami suatu informasi. Mungkin informasi itu dalam bahasa Arab, Tiongkok, Korea, Azerbaijan atau Swahili dan kita tidak bisa berbahasa tersebut sehingga kita mengandalkan mesin penerjemah (Google Translate). Sumber informasi yang sudah dialih bahasakan oleh mesin mungkin saja keliru dalam penerjemahannya, sehingga kita mendapatkan informasi yang salah. Dalam hal ini kita harus tahu kapasitas diri kita sendiri, karena kapasitas kitalah yang menangkap informasi tersebut. Misalnya data-data arkeologi tentunya yanv bisa menyingkap data tersebut oleh Arkeolog, atau data informasi pada naskah-naskah, tentu saja yang mempunyai kapasitas untuk mengungkapnya adalah seorang filolog.

4. Terlalu percaya kepada sumber informasi, karena sejarah itu yang tampak adalah sebuah peninggalan, indikasi-indikasi sejarah yang kadang-kadang terbatas, reduktif dan tidak menyeluruh (lengkap). Misalnya dari satu peninggalan sejarah hanya mengunggkap sedikit saja, sehingga kita sering mengeneralisasi. Nah generalisasi inilah yang sering membuat kesalahan pada informasi sejarah. Hati-hati juga pada sumber sejarah yang direkayasa, biasanya dilakukan oleh penguasa. Orang bilang bahwa sejarah itu dibentuk dan disusun oleh orang atau kelompok yang menang (kuasa). Jadi saat kita membaca buku sejarah maka harus tahu siapa pengarangnya, jangan-jangan pengarang atau sumbernya dari penguasa dahulu yang menang. Sehingga data-data tentang kejelekan (penguasa) dihapus, data-data kebaikannya diperbanyak atau juga data-data kebaikan musuhnya dihapus dan dibesarkannya data-data keburukannya pada buku sejarah yang disusunya. Tentunya kita membutuhkan daya kritis saat membaca buku sejarah. Faktor lainnya juga dari kita sendiri atau sejarawannya yang ingin dekat pada penguasa saat itu, sehingga data-data sejarah yang terdapat di buku menjadi tidak fair (isinya cenderung menjilat). 

5. Tidak memahami sifat-sifat, kondisi umum yang terjadi. Misalnya saat membaca sejarah Pajajaran maka harus membaca situasi, kondisi, logika pada zaman Pajajaran itu berawal hingga berakhir. 

Jadi dari situlah kita bisa kritis dalam membaca sebuah buku sejarah. Semoga ilmu dari Ibn Khaldun ini bermanfaat bagi kita semua, Amen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d