Puasa di era ini kalau menurut saya godaan yang paling berat adalah godaan dari dunia teknologi media komunikasi. Hari ini, kebanyakan orang dan termasuk saya sendiri detik demi detiknya tidak lepas dari perangkat komunikasi, hampir semua orang memegang handphone, baik yang canggih maupun yang biasa. Menurut saya hal ini merupakan godaan tersulit bagi kita yang berpuasa, ada baiknya kita muhasabah dengan teknologi komunikasi ini, karena kabarnya di Mesir, Suriah, Sudan dan negara Arab lainnya memulai revolusi-nya dari teknologi informasi (handphone).
Ada bahasa yang ilmiah untuk fenomena teknologi informasi saat ini yakni ekstase komunikasi, dimana orang-orang sedang mengalami ekstase komunikasi. Jadi kita seperti orang mabuk, tapi mabuk komunikasi karena kita selalu memegang alat komunikasi. Hari ini pertengkaran demi pertengkaran, konflik demi konflik, aliran-aliran baru, musuh-musuh baru lahir dari benda yang bernama teknologi informasi. Satu jam saja kita kehilangan handphone akan menjadi gelisah luar biasa, inilah era di mana kita mengalami mabuk atau ekstase komunikasi.
Media sosial sebagai tempat berkomunikasi dan berinteraksi |
Kalau kita pikirkan pelan-pelan, efek atau dampak dari teknologi komunikasi ini sangat banyak, baik negative maupun postif. Kalau tentang efek positif atau manfaatnya tidak perlu dijelaskan karena sahabat sekalian merasakannya sendiri, namun biasanya sahabat melupakan efek negative yang ditimbulkan dari ekstase komunikasi ini. Efek negative yang paling jelas dari canggihnya teknologi komunikasi hari ini adalah:
1. Dangkalnya komunikasi, hari-hari ini komunikasi berseliweran di sekitar kita, entah berapa jumlahnya, mungkin jutaan, miliyaran bahkan lebih dari itu. Namun dari sejumlah informasi komunikasi yang banyak itu bisa dihitung informasi komunikasi yang bersifat mendalam. Hari ini fungsi dari komunikasi mengalami pendangkalan luar biasa, umumnya kita membicarakan hal-hal yang dangkal atau membicarakan hal yang dalam namun diungkap secara dangkal. Semua itu karena media komunikasi mempunyai keterbatasan-keterbatasan, kita komunikasi melalui email, WhatsApp, Facebook atau platform lainnya kan mempunyai keterbatasan baik dari segi karakter dan yang lainnya menyebabkan hal yang dalam terkekspose secara dangkal. Jangan salah informasi yang dangkal yang masuk ke kepala biasanya akan mempengaruhi kehidupan kita sendiri, baik cara berpikir ataupun berperilaku. Jika cara berpikir dan perilaku kita dangkal maka kualitas hidup kita dangkal, dari mana kedangkalan itu? Dari informasi komunikasi yang dilakukan setiap hari yang bersifat dangkal. Kita lebih sibuk dengan kualitas mekanisme teknologi media komunikasi dibandingkan dengan kedalaman nilai komunikasi itu sendiri. Makanya jangan salah jika handphone-nya semakin mahal, mereknya semakin terkenal, tapi justru kualitas hidupnya semakin mendangkal. Karena kenapa? Karena informasi-informasi yang dimasukkan ke dalam kepala berisikan informasi dangkal atau tidak penting, atau seandainya penting digarap serampangan hingga akhirnya jadi tidak penting. Maka kita harus hati-hati pada efek pertama ini dan harus tetap jaga kualitas diri. Media sosial yang kita punya gunakanlah se-efektif mungkin dengan cara mengurangi hal-hal yang dangkal.
2. Kelebihan informasi, kita kegemukan, kebanjiran, kelimpahan banyak informasi. Kita kebanjiran tontonan, kita kelimpahan banyak data, kita kegemukan informasi sehingga membuat kita bingung, kita tidak tahu mana yang sejati mana yang palsu, mana yang penting mana yang tidak, mana yang bermanfaat mana yang tidak untuk hidup kita. Semua informasi masuk membanjir dalam kehidupan kita dan kita menjadi tidak kritis, tidak bisa memilah informasi yang penting dan bermanfaat bagi hidup kita dan rasanya semua menjadi penting. Ada peristiwa yang tidak ada hubungan-nya dengan kita, tapi menggelisahkan dan mengacaukan hidup kita. Biasanya kita menjadi cerewet di media sosial, namun kehidupan nyata kita senyap dan sepi. Kehidupan sosial menjadi menurun bahkan kehidupan sosial yang nyata dipengaruhi oleh kehidupan di dunia media komunikasi. Dari sinilah kita mesti intropeksi diri atas alat komunikasi yang kita miliki, dimana alat komunikasi diciptakan untuk memudahkan hidup yang akhirnya menyusahkan hidup.
3. Efek keterbukaan tanpa batas, hari ini tentang apapun, ihwal teman atau bukan, sedang melakukan apa, sedang berperasaan apapun, lokasi keberadaanya, status perkawinan, jumlah anak, dan apapun itu bisa kita ketahui melalui media sosial yang kita gunakan. Itulah kondisi dimana kita sekarang mengalami obscenity (kecabulan/ketelanjangan), Kita mengalami ketelanjangan total, tidak ada lagi yang dirahasiakan. Banyak orang demam selfie, apapun yang terjadi dia upload itupun tidak mempertimbangkan penting tidaknya, manfaat tidaknya, berguna atau tidak, yang penting eksis dan selfie. Maka tentang diri dan ihwal dirinya semua orang tahu, itu namanya ketelanjangan, keterbukaan dan kecabulan dari informasi diri karena tidak ada lagi ranah rahasia (private space), ruang pribadi. Dari itulah kita mengalami tottal transparency, keterbukaan itu bagus hanya saja mempunyai kadar tertentu dan jangan sampai keterbukaan itu menyusahkan hidup kita. Keterbukaan total ini kadang membuat dampak yang luar biasa pada hidup kita dan perlu diwanti-wanti keterbukaan ini akan berimbas buruk pada waktu mendatang. Kadang sesuatu itu bernilai tinggi karena tidak diketahui secara total, dia dianggap bernilai. Maka di era ketelanjangan total semua hal diekspose maka yang terjadi adalah tidak ada misteri, tidak ada lagi rahasia. Maka dalam hal tertentu kita akan mengalami kesulitan di mana kita kehilangan ranah pribadi.
4. Efek psikologis, dari ke-tiga efek di atas akan terakumulasi menjadi efek psikologis hingga akhirnya kita tidak peka kepada kebenaran, tidak peka terhadap kebaikan, dan kadang-kadang yang semu kita anggap nyata dan yang semu kita anggap benar. Isu kadang lebih dipercaya daripada informasi, rumor atau gosip lebih dianggap sebagai kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Jika seseorang sudah menjadi seperti itu mulailah level-level yang membahayakan jiwa kita, sejatinya rohani kita membutuhkan asupan-asupan informasi bergizi seperti kebaikan, karena dari situlah kita bertindak dan berperilaku. Cuma saat diri kita sudah susah membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang palsu dan semu, mana gosip mana kenyataan, maka kita akan mengalami kesulitan-kesulitannya sendiri terutama saat memutuskan keputusan-keputusan.
Demikian hanya sekedar menginggatkan dalam muhasabah dalam teknologi komunikasi.
Komentar