Puasa di sebagian kecilnya sering disebut sebagai penyebab melemahnya fisik, memang sengaja dengan puasa fisik dilemahkan sehingga orang akan menaklukan nafsu, ambisi dan rohaninya. Meskipun demikian saat Allah membebankan suatu kewajiban, Allah memberikan kekuasaannya dan tidak mungkin Allah mewajibkan sesuatu yang kita sendiri tidak kuat menanggungnya. Atas dasar ini seharusnya puasa seharusnya bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Puasa dijadikan alasan sebagai waktu libur dan waktu istirahat total. Justru dengan puasa seharusnya terbangkitkan kesadaran rohani, kesadaran ibadah, terbangkitkan kesadaran bahwa manusia mempunyai tanggung jawab vertikal dan horizontal.
Semoga puasa tidak membuat kita menjauh dari kerja, aktifitas, dan produktifitas. Tapi sebaliknya puasa membuat produktifitas, aktifitas semakin efektif dan semakin berkualitas. Dalam Islam produktifitas dan bekerja bukan urusan duniawi, dalam Islam bekerja dan produktifitas itu sebagai ibadah, amanah, dan rahmat dari Allah. Apapun yang kita lakukan suatu pengabdian, implementasi kepatuhan kita terhadap Allah, tentu saja ada ibadah yang khusus dan umum. Kalau ibadah yang khusus seperti solat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah umum adalah semua aktifitas kita yang dalam koridor-koridor ketentuan Allah. Oleh karena itu setiap aktifitas diawali dengan bismillah, atau berdoa dan diyakini semua yang kita lakukan adalah ibadah.
Puasa tidak mengahalangi untuk bekerja keras |
Setiap yang kita lakukan diniati dengan berdoa dan sebagai ibadah maka produktif dan baik dalam proses hingga akhir prosesnya. Maka pelajaran puasa harusnya tidak membuat aktifitas kita kendor, tidak melemas namun menjadi kuat karena dorongan ibadah dalam setiap gerak kerja. Kerja selain menjadi ibadah juga merupakan amanah, jadi kerja itu tanggung jawab kita sebagai manusia, karena kita tahu bahwa manusia diberi amanah untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi. Maka pada hakekatnya kita bekerja sedang memenuhi tugas dari Allah untuk memakmurkan bumi.
Kerja sebagai rahamat, dimana kerja merupakan anugrah yang luar biasa, kita mempunyai kemampuan untuk bekerja, keinginan untuk bekerja, itu semua anugrah dari Allah. Ada orang yang ingin bekerja dan mampu bekerja, namun kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Ada orang yang mempunyai keinginan untuk bekerja dan mempunyai lapangan pekerjaan, namun tidak mampu bekerja. Jadi kalau kita bekerja dan ada yang dikerjakan tentunya itu merupakan sebuah rahmat, anugrah, pertolongan Allah yang harus disyukuri.
Dari uraian di atas mari kita jadikan moment puasa bangkit untuk bekerja, yang lebih serius, yang berkualitas dan bernilai agama karena adalah ibadah, amanah, dan rahmat. Beberapa hal yang dicatat dalam dunia kerja, berikut rumusan dalam dunia kerja agar bekerja benar-benar sebagai rahamat dan anugrah:
1. Aktifitas dan pekerjaan yang halal, baik halal dalam prosesnya, halal dalam akibatnya, halal dalam hasil atau manfaatnya.
2. Setiap aktifitas harus dilakukan dengan niat demi Allah, untuk Allah, karena Allah. Dan jangan lupa berdoa karena dari Allah lah kita mendapatkan kesempatan, daya dan upaya.
3. Ikhlas dalam menjalankannya, ikhlas itu buah dari niat untuk Allah, dari Allah dan izin Allah, tidak lagi karena pamrih-pamrih duniawi.
4. Tidak melupakan aspek-aspek keislaman baik fisik maupun rohaninya. Nilai keislaman adalah kejujuran, dapat dipercaya, amanah, tanggung jawab, bekerja keras dan yang lainnya. Jadi proses kerja, hasil kerja tidak boleh nabrak nilai-nilai keislaman.
5. Etos kerja muslim harus seimbang baik duniawi-ukhrowi, jasmani-rohani, bekerja-ibadah, tidak boleh aktifitas kerja menghalangi aktifitas agama. Ke-dua-nya harus mendukung satu sama lain dan tidak boleh meninggalkan agama dengan alasan kerja atau sebaliknya meninggalkan dunia kerja karena agama. Orang muslim harus menerima hasilnya, dalam bahasa agama disebut tawakal. Tawakal ini dibutuhkan karena setiap proses,usaha dan hasil kadang tidak sejalan dengan apa yang kita harapan.
6. Karena kita manusia yang terbatas sehingga kadang melakukan kesalahan-kesalahan maka harusnya setiap orang menerima kritik sebagai bahan intropeksi diri untuk perbaikan, sehingga produktifitas kerja semakin hari semakin berkualitas.
Komentar