Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Filsafat Puasa: Puasa Dan Identitias Diri

Budaya adalah suatu identitas individual Dan kelompok

Mari kita lanjutkan kembali muhasabah dan tafakkur tentang manusia. Pada hari ini kita akan membahas identitas diri, kita dalam kehidupan ini diakui atau tidak membangun diri kita dengan identitas-identitas. Kita mengenali diri kita dengan jembatan yang namanya identitas, salah satu contoh identitas paling sederhana adalah nama, alamat, tempat tanggal lahir dan data-data pada sebuah Kartu Tanda Penduduk (KTP), tapi sebenarnya di luar itu kita mempunyai identitas-identitas yang lain seperti WNI, muslim, seorang anak, seorang ayah, guru, teman, adik dan yang lainnya. Sebenarnya kondisi manusia yang mempunyai banyak identitas sifatnya niscahya (kemutlakan) yang bikin masalah identitas-identitas yang banyak ini sering kali menutupi identitas kita sebagai manusia. Sebelum kita sebagai muslim, petani, WNI, ayah dan identitas lainnya kita pertama-tama adalah seorang manusia (identitas paling dasar).

Pada bulan ramadan ini kita muhasabah untuk mengenali diri kita sendiri dan bukan berarti membuang identitas-identitas itu tapi menyadari level-levelnya identitas, porsi-porsinya identitas, jadi ada identitas personal life, identitas kultural, sosial, organisasi kemasyarakatan, kita mempunyai ciri kultural, mempunyai ciri pribadi. Manusia membangun dirinya sendiri dengan identitas-identitas dan pasti berbeda dengan yang lainnya, inilah yang membuat sumber hidup ini bermacam-macam, berbeda-beda. 

Carls Gustav Jung mempunyai teori Mandala of Identity atau Bagaimana Orang Membangun Identitasnya. Fase perkembangan manusia menurut Jung:

1. Umur 0 - 7 tahun membangun identitasnya dengan cara meniru orang lain (Heros Fase) dimana manusia meniru idolanya baik fiksi maupun tokoh nyata seperti ayah ibunya, guru, idola dan yang lainnya. Karena akalnya belum berkembang maka yang ia lakukan hanyalah meniru orang lain. Semisal ada seseorang dewasa yang meniru prilaku orang lain atau tokoh tertentu maka dia masih dalam fase anak-anak.

2. Umur 7-14 tahun, ikut meniru masyarakat apa pun yang terjadi pada masyarakat (Fase Simbol), dimana anak tersebut mudah meniru simbol-simbol yang ada di masyarakat seperti cara berpakaian, cara berbahasa dan yang lainnya. Pada umur tersebut dikenal dengan masa ABG dimana selalu mengikuti trend yang ada di masyarakat. 

3. Umur 14-21 tahun, fase di mana akal mulai berkembang (Fase Ritual), masih mirip dengan Fase Simbol hanya saja sudah mengerti apa dan mengapa. 

4. Umur 21 tahun ke atas, dimana manusia sudah mandiri (Fase Personal) dimana seseorang sudah memutuskan diri sendiri, membangun dirinya sendiri dari situ munculah identitas sosial, kultural dll. 

Mari kita muhasabah diri dengan melihat ke-empat fase tersebut, teori dari Jung mungkin saja sebatas keilmuan, namun pada kehidupan nyata kadang berbeda. Apakah umur kita sekarang masih berada di fase ritual atau hero?

Salah satu sudut identitas

Pelajaran selanjutnya dimana kita banyak menyandang identitas yang kadang-kadang salah pakai. Contoh saat ada kecelakaan di depan kita, maka yang kita kedepankan adalah identitas kita sebagai manusia dimana kita menolong atas dasar kemanusiaan bukan atas identitas lainnya, apakah orang yang ditolong muslim atau bukan, suku jawa atau bukan, kelompok tertentu atau bukan. Jadi begitulah cara menggunakan identitas, ada ruang dan waktunya tersendiri.

Mempunyai banyak identitas itu tidak masalah, hanya saja yang perlu hati-hati saat menggunakan identitas itu pas dengan ruang dan waktunya atau tidak. Tidak di seluruh waktu dan tempat menggunakan identitas yang sama, bisa jadi nanti menimbulkan konflik dengan orang lain. Kehati-hatian juga harus terwujud pada penggunaan identitas yang menghiraukan rasa tenggang rasa dimana penghormatan pada identitas lainnya ditabrak hingga menimbulkan konflik lokal, regional maupun internasional. 

Ada empat hal untuk mencegah konflik yang mucul karena identitas: Pertama, jangan prejudice dimana kita tidak adil kepada orang lain karena asosiasi kita terhadap identitasnya. Misalnya melihat orang dengan menggunakan baju tertentu menyangka sebagai terrorist, radikal dll. Ke-dua kita tidak boleh etno sentris, dimana seseorang merasa budaya sukunya paling mulia, terbaik, dan paling benar. Ke-tiga, stereotype dimana anggapan pada sebagian kecil namun dianggap mewakili kelompok besar. Contohnya: setiap orang desa itu ketinggalan zaman, setiap orang kota itu materialistik dan yang lainnya. Ke-empat, diskriminasi-diskriminasi baik sosial, agama, kultural dan yang lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d