Puasa memberikan banyak ruang dan waktu untuk melakukan muhasabah atau instropeksi diri. Muhasabah adalah sesuatu yang penting dimana moment-moment ini dilakukan sendiri untuk menghitung-hitung sudah benar atau belum, sudah baik atau belum semua yang kita lakukan selama ini. Para da'i juga pernah mengatakan hisablah dirimu sebelum dihisab, dalam bahasa inteleknya intropeksi diri, kalau bisa saat sahur kita hitang-hitung kesalahan yang kita perbuat selama sehari kemarin, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu atau tahun lalu. Apakah semua perbuatan itu cocok atau tidak dengan perinsip-perinsip kebenaran dan kebaikan yang diketahui, tujuan dari intropeksi ini bukan lain adalah untuk hidup kita tidak asal atau serius. Banyak yang kita lakukan begitu saja tanpa pertimbangan-pertimbangan rasional, kalkulasi detail akan kebenaran dan kebaikan, dan puasa memberikan moment atau kesempatan ini.
Tugas intropeksi diri ini menginggatkan pada tokoh besar filsafat dari Yunani, namanya Socrates. Filsuf besar ini gemar jalan-jalan keliling Athena untuk mengajak orang lain untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Jadi dia tidak mengajarkan sesuatu melainkan melatih orang untuk berfikir kritis tentang kehidupannya. Konsep ini dekat dengan muhasabah dalam agama, mungkin Socrates membantu kita, karena kita kadang berpikir tidak runtut. Nah Socrates lah yang menginggatkan untuk berpikir secara runtut sehingga timbul-lah muhasabah. Allah berfirman dalam surat Al Hasr ayat 18 "Wahai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan lihatlah, intropeksilah dirimu apa yang sudah kau siapkan untuk hari esok..." Jadi itulah perintah alquran yang mengajarkan kita untuk selalu intropeksi diri.
Alam mampu menemani manusia untuk selalu berintropeksi diri |
Ada beberapa kata mutiara dari Socrates:
"Hidup yang tidak diuji, yang tidak dipikirkan secara serius itu adalah hidup yang tidak berharga" kalimat tersebut seperti sindiran bahwa kadang hidup ini atau perbuatan ini dilakukan tanpa dipikirkan, tanpa mempertimbangakan baik buruknya sehingga hidup menjadi tidak berharga. Sebagai contoh kasus kadang kita memaki kepada seseorang tentang sesuatu, namun saat dipikirkan kita tidak paham tentang apa yang kita maki-maki. Contoh lain ada orang yang berkoar-koar aku Islam A, B, dan C, namun kita tidak pernah serius mengetahui apa itu Islam A atau B. Misalnya saya menganut fikih Syafiah, namun berapa banyak kitab Syafiah yang pernah dibaca, tokoh-tokoh Syafiah mana yang sudah kita kaji. Kadang kita lupa mengkaji apa yang kita bicarakan, layaknya kita hidup tidak pernah serius.
"Hidup yang tidak diuji, yang tidak dipikirkan secara serius itu adalah hidup yang tidak berharga" kalimat tersebut seperti sindiran bahwa kadang hidup ini atau perbuatan ini dilakukan tanpa dipikirkan, tanpa mempertimbangakan baik buruknya sehingga hidup menjadi tidak berharga. Sebagai contoh kasus kadang kita memaki kepada seseorang tentang sesuatu, namun saat dipikirkan kita tidak paham tentang apa yang kita maki-maki. Contoh lain ada orang yang berkoar-koar aku Islam A, B, dan C, namun kita tidak pernah serius mengetahui apa itu Islam A atau B. Misalnya saya menganut fikih Syafiah, namun berapa banyak kitab Syafiah yang pernah dibaca, tokoh-tokoh Syafiah mana yang sudah kita kaji. Kadang kita lupa mengkaji apa yang kita bicarakan, layaknya kita hidup tidak pernah serius.
Puasa ramadan memberikan kita waktu untuk itikaf, lailatul qadar, dan sepuluh malam terakhir sebagai fasilitas untuk intropeksi diri yang diberikan Allah pada bulan ramadan. Socrates juga memberikan formula terbaik untuk menjadi pribadi yang selalu intropeksi diri, terlebih dengan kehidupan sekarang yang penuh hingar bingar informasi, banjir berita bohong atau kebanyakan posting media sosial yang kadang membuat gaduh masyarakat. Formula tersebut diberi nama Triple Filter (Tiga Saringan). Cerita triple filter ini di-ilhami dari cerita Socrates dengan temannya.
Triple Filter Socrates bisa digunakan setiap waktu |
Suatu ketika Socrates didatangi temannya yang ingin menggosip...
Teman: "Hei Socrates banyak berita tentang murid-muridmu".
Socrates: "Sebentar, sebelum kamu cerita jawab dulu pertanyaan dariku".
Teman: "Apa yang ingin kamu tanyakan?!"
Socrates: "Yang pertama, apakah yang kamu omongkan pasti benar?"
Teman: "Kalau pasti benar, saya tidak tahu wong ini kabar dari orang banyak jadi ini desas-desus. Jadi saya tidak tahu benar atau tidak".
Socrates: "Okey, pertanyaan ke-dua apakah informasi yang kamu sampaikan hal yang baik?"
Teman: "Tidak, biasanya berita yang baik itu tidak viral, tidak tersebar kemana-mana. Sementara berita yang jelek selalu viral dan tersebar kemana-mana."
Socrates: "Okey, pertanyaan ke-tiga. Apakah informasi yang kamu berikan itu ada manfaatnya buat kehidupan dirimu?"
Teman: "Kalau dipikir-pikir sih tidak ada efek-nya apa-apa baik tahu atau tidak tahu, cuma hanya menambah informasi saja mungkin."
Socrates: "Oh jadi informasi yang kamu berikan adalah sesuatu yang belum tahu kebenaranya, sesuatu yang jelek dan tidak ada manfaatnya buat kehidupan dirimu. Sudahlah informasi yang kamu berikan tidak usah kamu sampaikan".
Teman: "Hei Socrates banyak berita tentang murid-muridmu".
Socrates: "Sebentar, sebelum kamu cerita jawab dulu pertanyaan dariku".
Teman: "Apa yang ingin kamu tanyakan?!"
Socrates: "Yang pertama, apakah yang kamu omongkan pasti benar?"
Teman: "Kalau pasti benar, saya tidak tahu wong ini kabar dari orang banyak jadi ini desas-desus. Jadi saya tidak tahu benar atau tidak".
Socrates: "Okey, pertanyaan ke-dua apakah informasi yang kamu sampaikan hal yang baik?"
Teman: "Tidak, biasanya berita yang baik itu tidak viral, tidak tersebar kemana-mana. Sementara berita yang jelek selalu viral dan tersebar kemana-mana."
Socrates: "Okey, pertanyaan ke-tiga. Apakah informasi yang kamu berikan itu ada manfaatnya buat kehidupan dirimu?"
Teman: "Kalau dipikir-pikir sih tidak ada efek-nya apa-apa baik tahu atau tidak tahu, cuma hanya menambah informasi saja mungkin."
Socrates: "Oh jadi informasi yang kamu berikan adalah sesuatu yang belum tahu kebenaranya, sesuatu yang jelek dan tidak ada manfaatnya buat kehidupan dirimu. Sudahlah informasi yang kamu berikan tidak usah kamu sampaikan".
Demikian pelajaran dari Socrates tentang intropeksi, semoga ada manfaatnya.
Komentar