Pengendalian diri dimulai dari hal kecil |
Puasa yang sudah berjalan beberapa hari ini semoga menumbuhkan keimanan, memahami batas, memahami kecukupan dan memahami cara menahan diri dalam hidup. Karena salah satu watak manusia yang dikhawatirkan nabi dan juga disebutkan dalam alquran ialah tamak. Firman Allah dalam surat At-takasur dengan tegas menyatakan "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu" atau dalam terjemahan lain "Berlebih-lebihan, berlomba-lomba memperbanyak harta, mengobral keinginan sehingga membuatmu terlena". Jadi banyak hadist dan ayat alquran menginggatkan kita, ada hadist dari Bukhari yang berbunyi "Anak manusia jika memiliki satu gunung emas akan menginginkan dua gunung emas, saat mempunyai dua gunung emas akan menginginkan tiga gunung emas dan begitu seterusnya sampai dirinya masuk ke dalam tanah". Allah menjadikan puasa ini untuk menghindari dari watak tamak, berarti Allah ingin menjadikan kita mampu dalam mengendalikan diri dan tahu batas.
Dalam tradisi filsafat jawa ada ungkapan unik dari Ki Ageng Surya Mentaram yang mempunyai teori tentang pengendalian keinginan. Menurut Ki Ageng bahwa manusia itu diselimuti oleh keinginan, biasanya kalau sudah mempunyai keinginan akan timbul obsesi. Menurut Ki Ageng jika kita mau berpikir bahwa di kolong langit dan seisi dunia tidak ada benda yang pantas dicari, ditolak mati-matian atau dihindari, meskipun demikian manusia mencari mati-matian, menghindari atau menolak sesuatu. Orang merasa jika keinginan-nya tercapai maka dia akan senang dan bahagia selamanya, jika tidak tercapai maka aku akan susah dan sengsara selamanya. Kalau kita ingin sesuatu dan terobsesi, saat terpenuhi seolah-olah itulah surganya, dan jika tidak terpenuhi maka stress, depresi, putus asa, dan hidup kita isinya seperti itu saja sehingga kita lupa nikmat Allah, kita lupa juga bersyukur.
Ki Ageng Surya Mentaram menunjukan kita hakekat sebuah keinginan dalam teori mulur (memanjang) dan mungkret (mengkerut). Teori mulur itu begini: Yang membuat kita senang kan tercapainya sebuah keinginan. Padahal jika salah satu keinginan-nya tercapai maka keinginan lainnya akan bertambah/muncul keinginan-keinginan baru (mulur). Misalnya jika kita menginginkan sebuah motor bebek dan sudah tercapai, biasanya ada keinginan untuk mempunyai mobil. Jadi hakekat keinginan adalah mulur atau nambah.
Jika suatu keinginan tidak tercapai maka akan malu, marah, sakit sehingga skala tujuan atau keinginan dirubah menjadi diperkecil (mungkret). Misalnya mempunyai keinginan mobil BMW, namun uang hanya Rp 115 juta maka cita-cita mungkret dengan membeli mobil Ayla atau Wagon R. Inti dari teori mulur mungkret adalah senang hanya sementara, sedih/susah juga sementara. Sebelumnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga hati kita senang. Dan muncul keinginan-keinginan baru, pada keinginan baru itulah kita merasa susah lagi atau keinginan tersebut tidak tercapai sehingga menjadi mungkret. Jadi begitulah sebuah keinginan yang selalu mulur mungkret, mulur mungkret maka akan sangat capek jika seseorang hidupnya disetir oleh keinginan-keinginan.
Kompetisi mencapai puncak pada setiap kehidupan manusia |
Ki Ageng Surya Mentaram juga berpesan bahwa hakekat hidup adalah sebuah ketenangan maka setiap keinginan cukuplah dinikmati tanpa harus disetir olehnya. Dan jika seseorang paham akan hakekat mulur mungkret yang tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri melainkan semua orang maka dengan itu kita menjadi tidak merasa sombong atau merasa iri dengan sebuah pencapaian. Karena dalam hidup semuanya sama yakni sebentar senang, sebentar susah. Perasaan sebentar susah, sebentar senang itu bukan hanya dirasakan oleh orang miskin saja tapi orang kaya, kuli, president, raja, pedangang dan yang lainnya. Di dunia ini tidak ada orang yang merasakan susah terus dan senang terus.
Ada rumus 6S untuk hidup dari Ki Ageng yakni Sakbutuhè (sebutuhnya) hidup itu harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan bukan kelebihan dan juga kekurangan, Sakperlunè (seperlunya) cari kebutuhan sesuai keperluannya yang penting-penting dan harus mempunyai prioritas. Sakcukupè (secukupnya), Sakbenerè (sebenarnya) sesuai dengan takaran kebenaranya, Sakmestinè (yang seharusnya) mana yang harus dilakukan mana yang tidak harus dilakukan dan Sakpenakè (sesuai yang menyamankan) sesuai dengan kadar kapasitas hidup. Jadi dengan 6S itu kita tidak mudah untuk ditipu oleh keinginan-keinginan atau obsesi.
Beberapa macam keinginan menurut Ki Ageng Surya Mentaram: Semat (kekayaan, kesenangan, ke-enakan), Derajat (keluhuran, kemuliaan, kebanggaan) dan Keramat (kekuasaan, ingin dikenal, kepercayaan). Boleh mempunyai semat, derajat, dan kermat tapi kita tidak boleh dibelenggu oleh ketiga keinginan tersebut karena hidup ini ada mulurnya, ada mungkretnya, ada senang-nya dan ada sedihnya ~ semua sama.
Komentar