.....Kita lanjutkan kembali gagasan dari Sir Muhammad Iqbal.....
Dari Muhammad Iqbal mengatakan bahwa hidup ini harus mempunyai kesadaran mistik dan profetik, sadar vertikal dan horizontal, dimana kita sadar menjadi hambaNya dan khalifahNya. Muhammad Iqbal mengutip perkataan dari seorang sufi dari Ganggo, India Abdul Kudus yang mengomentari peristiwa Isra Mikraj "Nabi Muhammad naik ke atas langit tertinggi tapi kembali, demi Allah jika aku ke tempat itu (siratul muntaha) aku tidak akan kembali" bagi sufi kedekatan dengan Allah adalah kebahagiaan dan kenikmatan yang luar biasa. Kenapa Rasulullah tidak menikmati Allah, tidak suka dengan Allah sehingga beliau kembali lagi ke bumi? Pasti bukan itu, cuma Rasulullah saking cintanya pada umatnya di bumi. Jika Rasulullah egois maka dia mungkin tidak akan kembali lagi ke bumi terlebih Rasulullah sedang dalam kesedihan mendalam.
Inilah yang disebut Muhammad Iqbal dalam kesadaran mistik dan profetik. Kesadaran mistik adalah dimana seseorang meniti jalan rohani sampai ke puncak dan berhenti di puncak (mengurusi dirinya sendiri), inilah kritik Iqbal pada kalangan sufi yang menjauhkan diri dari dunia ramai, menikmati kenikmatan rohaniah sendirian. Itu tidak jelek, namun kurang lengkap karena kita manusia sebagai hamba dan khalifah harus menjalankan tanggung jawabnya, berbeda dengan kesadaran mistik yang selalu menikmati kenikmatan rohaniah sendirian, tanpa mengajari manusia-manusia lainnya.
Manusia harus sejalan dengan dua kesadaran: mistik dan profetik |
Saat semua urusan rohani diri kita selesai maka saatnya kita mengabdikan diri pada masyarakat dan dunia (profetik). Itulah hakekat ajaran Islam menurut Muhammad Iqbal. Kesadaran keumatan kalau tidak didasari kesadaran mistik dan profetik kurang lengkap, jadi orang harus membereskan dirinya diri sehingga berkualitas sampai level dekat dengan Allah. Kalau hidupnya sudah beres baru memikirkan umatnya, jangan dibalik karena kadang-kadang ada orang yang menjalankan tanggung jawab kekhalifahan-nya luar biass tapi kehambaan-nya kurang, rohaninya kurang, kedekatan pada Allah kurang. Jadi dua-duanya harus simultan. Jika tidak hati-hati, kalau dirinya sendiri belum beres dan menggarap umat bisa-bisa umantnya digarap untuk kepentingan diri sendiri untuk jabatan tinggi, untuk popularitas, terkenal, penting, ini menunjukan dirinya belum beres. Jangan sampai orang ini memberatkan masyarakat hingga terjadi sesat menyesatkan.
".....Wahai batu asah sampai kapan engkau menajamkan orang lain, sementara dirimu tidak tajam (tumpul)...."
Komentar