Me-maafkan adalah pembebasan jiwa |
Aura Idul Fitri sudah mulai tercium dimana-mana orang sudah bersiap menyambut Hari Raya Idul Fitri, Ada aktifitas yang menarik pada setiap Idul Fitri dilaksanakan khususnya di Indonesia yakni tradisi maaf me-maafkan. Budaya ini sangat istimewa karena hakekat dari permaafan sangat dibutuhkan khususnya hari-hari ini yang mana kebencian berseliweran di mana-mana. Banyak hadist dan ayat yang menuntun kita untuk mau me-maafkan misalnya ayat Asyuro ayat 43 "Dan orang-orang yang bersabar dan me-maafkan, sesungguhnya dalam perbuatan bersabar dan me-maafkan itu adalah hal-hal yang sangat utama".
Mari kita utamakan pada momen Idul Fitri jadikan momen awal dimana kita menjadi orang yang mudah me-maafkan. Jangan salah bahwa me-maafkan itu bukan kepentingan orang yang dimaafkan tetapi untuk orang yang me-maafkan juga. Ada beberapa kesalahan dalam mencermati permaafan ini diantaranya:
1. Me-maafkan diartikan sebagai melupakan kesalahan sehingga orang menjadi enggan untuk me-maafkan. Padahal harusnya tidak demikian, me-maafkan bukan berarti melupakan kesalahan karena kalau kesalahan dilupakan maka kemungkinan di masa depan akan terjadi kembali hal serupa. Jangan sampai kita tertipu dua kali, jangan sampai dizalimi orang untuk ke dua kali dalam ranah yang sama, atau jatuh pada lubang yang sama. Kita maafkan tapi tidak melupakan kesalahan itu sebagai pelajaran kedepan. Jadi me-maafkan itu tidak identik dengan melupakan.
2. Anggapan me-maafkan sebagai simbol kelemahan. Dalam me-maafkan itu butuh orang-orang kuat, hanya orang kuat yang bisa me-maafkan karena secara natural manusia itu ingin membalas. Misalnya kalau ada orang yang tiba-tiba memukul kita pastinya kita ingin membalas dengan pukulan yang lebih keras lagi. Oleh karena itu latih lah menjadi orang yang kuat agar mudah me-maafkan.
3. Me-maafkan berarti membiarkan ketidakadilan. Hakekatnya tidak seperti itu, alquran itu menyuruh kita untuk selalu adil misalnya qishas (nyawa balas nyawa atau tangan balas tangan), tapi di banyak ayat Allah lebih suka orang yang lebih sabar dan me-maafkan. Jadi level me-maafkan berada di atas keadilan. Jika ada orang yang menuntut keadilan itu boleh, tapi ada yang lebih dari itu yakni me-maafkan. Hal ini bukan berarti Islam pro pada ketidakadilan, bukan seperti itu. Dalam islam ada adil dan ihsan, orang yang adil jika meminjam 10 maka dikembalikan 10, namun orang ihsan meminjam 10 dikembalikan 12 sebagai rasa terima kasih dan menyenangkan si pemberi pinjaman, demikian juga pada sebuah permaafan dimana orang yang me-maafkan sama dengan orang yang ihsan.
4. Me-maafkan itu mudah untuk dilakukan sehingga menyepelekan permaafan. Me-maafkan sebenarnya tidak lah simple bukan hanya di mulut saja melainkan di hati yang tampak dari prilaku perbuatan kita. Maka permaafan itu dilakukan sejak awal untuk kepentingan kita sendiri.
5. Me-maafkan berarti membiarkan orang salah. Orang yang salah harus tetap di-ingatkan, tapi lebih mulianya kita me-maafkan pada orang yang berniat untuk meminta maaf kepada kita.
Sebenarnya permaafan itu ada manfaatnya untuk kita, masyarakat dan semuanya. Kalau kita cermati bahwa me-maafkan itu membuat kita bebas dari penyakit jiwa yang namanya marah dan dendam. Orang yang memelihara dendam, sakit hati sama saja dengan orang yang memilih jiwanya sakit. Maka me-maafkan akan menjadi obat untuk penyakit marah dan dendam. Sebagai dampak dari bebas penyakit jiwa kita mudah untuk bergerak maju, sebelum kita me-maafkan kita akan selalu tenggelam di masa lalu, kita sibuk pada luka-luka yang dilakukan oleh orang pada masa lalu dan itu membuat kita susah untuk bergerak ke masa depan.
Me-maafkan juga menyehatkan kehidupan sosial, cita-cita sosial akan sangat mudah jika orang-orang dekat dengan mudah saling me-maafkan. Jika ada kelompok yang menyimpan marah, dendam dan kebencian terhadap kelompok lainnya akan menjadikan cita-cita sosial selalu gagal diraih. Me-maafkan juga sebagai tanda manusia sebagai orang yang kadang salah dan kadang benar, hal ini menyadarkan kita sebagai manusia yang bisa saja melakukan kesalahan-kesalahan. Bukan saja menyadarkan orang yang me-maafkan tapi pada orang yang dimaafkan karena mungkin suatu hari nanti kita merasa butuh dimaafkan oleh orang lain.
Begitu besar energi yang keluar saat me-maafkan orang lain sehingga energi itu bisa dimanfaatkan untuk mengejar cita-cita. Kita berharap di moment Idul Fitri nanti kita mengasah diri untuk menjadi orang yang mudah me-maafkan orang lain sehingga jiwa kita bersih dari penyakit kebencian.
Permaafan yang baik adalah dimana kita me-maafkan dari ucapan hingga masuk ke dalam hati sehingga permaafan itu dibarengi dengan ucapan dan perubahan sikap sehingga tidak ada lagi niat untuk saling membenci atau saling menyimpan marah.
Komentar