Ini adalah bagian lanjutan dari perbedaan pendapat......
Banyak orang yang bertanya mengapa perbedaan itu disebut sunatullah atau alami? Apa tidak bisa manusia bersatu dan berpandangan sama semua? Kalau kita cermati kehidupan manusia seperti itu banyak hadist dan ayat alquran banyak macam-macam karakternya. Kenapa ikhtilaf itu sunatullah? Kalau kita cermati alasan pertama itulah sifat alam, manusia merupakan bagian alam pasti mempunyai perbedaan.
Penyebab ikhtilaf adalah tabiat manusia yang mempunyai karakter lengkap. Allah memberikan kebebasan dan potensi, manusia bisa apa saja dan bebas memilih. Manusia mau jadi orang baik itu bisa karena mempunyai kemampuan atau mau jadi setengah soleh pun bisa. Itulah tabiat manusia, yang cenderung pada perbedaan karena kebebasan yang diberikan Allah, sementara hewan dan tumbuhan tidak mempunyai. Macan di India dan macan di Indonesia sama saja karakternya, namun manusia tidak sama dalam berpandangan dan yang lainnya.
Yang jadi masalah dengan perbedaan pada manusia adalah karakter manusia yang agresif. Manusia itu mempunyai karakter ingin lebih unggul dari yang lain, ingin menaklukan yang lain, hal ini termasuk inheren. Dulu termasuk dikomplain oleh malaikat "Ya Allah mengapa engkau turunkan manusia ke bumi padahal mereka hanya merusak dan menumpahkan darah" ini menunjukan karakter manusia agresif yang selalu ingin menang-menangan. Karakter ini adalah muncul yang dimiliki media manusia, dari situlah lahir perbedaan-perbedaan. Maka tidak perlu kita gelisahkan perbedaan itu, namun hal ini justru tantangan dari Allah.
Perbedaan adalah berkah dari setiap mahluk |
Mengapa pemikiran manusia itu dikatagorikan pasti ikhtilaf? Untuk menjawabnya ada tiga alasan:
1. Setiap manusia mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri, ada yang lahir di Kota, desa, orang tua guru, diajari mandiri dan sejarah hidup sendiri-sendiri sehingga membentuk cara berpikir dan berperilaku berbeda.
2. Setiap orang mempunyai sudut pandang berbeda, misalnya puasa ini dilihat oleh dokter maka masuknya ke aspek kesehatan.
3. Mempunyai keinginan dan ambisi yang berbeda.
1. Setiap manusia mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri, ada yang lahir di Kota, desa, orang tua guru, diajari mandiri dan sejarah hidup sendiri-sendiri sehingga membentuk cara berpikir dan berperilaku berbeda.
2. Setiap orang mempunyai sudut pandang berbeda, misalnya puasa ini dilihat oleh dokter maka masuknya ke aspek kesehatan.
3. Mempunyai keinginan dan ambisi yang berbeda.
Kesimpulannya dari rangakaian penjelasan di atas adalah ikhtilaf merupakan sunatullah yang tak terelakan, kalau kita punya ambisi untuk menjadikan semua orang mempunyai kebenaran yang kita miliki itu adalah hal yang utopis (mimpi), orang mempunyai sejarah sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan mempunyai keinginan sendiri, sehingga tidak semua orang setuju apa yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran.
Problem yang kita hadapi bukan para perbedaan pendapat dan persamaan pendapat, tapi cara kita menyikapi perbedaan tersebut. Dalam agama membahas cara kita berinteraksi dengan orang lain dan berhubungan orang lain, ini adalah masuk ke ranah ahlak dan adab (etika dan etiket). Kita tidak mungkin membuat orang untuk setuju dengan pandang kita, maka kita harus mengolah dan menata ahlak adab saat berhadapan dengan orang yang berbeda pendapat.
Mari kita fokus pada adab dan ahlak diri sendiri, dan selalu hati-hati:
1. Jangan suka membanggakan diri dan kagum pada pendapat sendiri, terlebih jika diekspresikan secara demonstratif khawatir-nya ada orang yang tidak suka benci walaupun hal demikian sah dan manusiawi meyakini kebenaran yang kita miliki.
2. Jangan biasakan buruk sangka yang sering menjadi sumber konflik.
3. Jangan egois dan ingin menang-menangan, memanjakan nafsu agresif kita untuk menaklukan orang lain atau untuk menujukan bahwa orang lain lebih rendah.
4. Jangan fanatik atau buta 100%.
1. Jangan suka membanggakan diri dan kagum pada pendapat sendiri, terlebih jika diekspresikan secara demonstratif khawatir-nya ada orang yang tidak suka benci walaupun hal demikian sah dan manusiawi meyakini kebenaran yang kita miliki.
2. Jangan biasakan buruk sangka yang sering menjadi sumber konflik.
3. Jangan egois dan ingin menang-menangan, memanjakan nafsu agresif kita untuk menaklukan orang lain atau untuk menujukan bahwa orang lain lebih rendah.
4. Jangan fanatik atau buta 100%.
Komentar