"Kama kutiba ala ladinna min koblikum"
Ayat 183 Surat Al Baqarah yang mempunyai arti "sebagai mana diwajibkan atas umat-umat terdahulu". Mari sejenak kita melihat sejarah umat-umat terdahulu dalam puasa, kali ini kita melihat siapa saja yang berpuasa saat itu dan puasa model apa yang sempat diwajibkan atas mereka. Perlu di-ingat bahwa khususnya bagi yang belajar budaya masa lalu termasuk budaya dari tiga agama besar (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama lainnya mengatakan bahwa puasa adalah salah satu jenis ibadah paling tua selain solat dan qurban. Solat atau penyembahan kepada Tuhan dalam bentuk dan tatacara masing-masing menurut agama dan kepercayaan sudah ada sejak lama, dan sementara puasa sebagai upaya penjernihan batin dan peningkatan kualitas diri. Terakhir adalah ibadah qurban sebagai persembahan.
Ayat 183 Surat Al Baqarah yang mempunyai arti "sebagai mana diwajibkan atas umat-umat terdahulu". Mari sejenak kita melihat sejarah umat-umat terdahulu dalam puasa, kali ini kita melihat siapa saja yang berpuasa saat itu dan puasa model apa yang sempat diwajibkan atas mereka. Perlu di-ingat bahwa khususnya bagi yang belajar budaya masa lalu termasuk budaya dari tiga agama besar (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama lainnya mengatakan bahwa puasa adalah salah satu jenis ibadah paling tua selain solat dan qurban. Solat atau penyembahan kepada Tuhan dalam bentuk dan tatacara masing-masing menurut agama dan kepercayaan sudah ada sejak lama, dan sementara puasa sebagai upaya penjernihan batin dan peningkatan kualitas diri. Terakhir adalah ibadah qurban sebagai persembahan.
Dari sejarah tiga ibadah tertua itu, kita ambil contoh dimana kisah Habil dan Kabil (anak nabi Adam) menyerahkan persembahan, dimana persembahan dari Habil diterima sementara persembahan Kabil ditolak karena alasan persembahan yang mungkin kurang tata syaratnya sehingga menimbulkan penolakan. Dan itulah yang menyebabkan rasa iri pada Kabil terhadap Habil. Pada pelajaran sejarah ini kita ambil pelajaran puasa pada masa lalu (umat yang lalu) dimana pada saat itu kabarnya nabi Adam sudah diwajibkan puasa, konon nabi Adam puasa tiga hari setiap bulan sepanjang tahun menurut riwayat Ibn Kasir. Nabi Adam juga diriwatkan puasa pada 10 Muharram karena rasa syukur atas bertemunya dengan istrinya Siti Hawa di Arafah. Ada juga riwayat lain yang mengatakan nabi Adam puasa sehari semalam saat diturunkan ke bumi, bahkan ada yang bilang nabi Adam berpuasa dalam 40 hari 40 malam sampai beliau diampuni oleh Allah.
Dari kisah riwayat nabi Adam ini menyatakan bahwa puasa sudah menjadi aktifitas keagamaan sejak zaman nabi Adam (manusia pertama). Selain riwayat nabi Adam ada juga riwayat lain yakni Nabi Nuh (Noah) yang berpuasa tiga hari tiap bulannya, puasa pada zaman nabi Nuh dimulai dari awal malam hingga masuk malam berikutnya. Jadi umat nabi Nuh saat bangun tidur tidak boleh makan sampai malam berikutnya, meskipun tidurnya sore dan malam harinya bangun maka tetap tidak dibolehkan makan. Ada lagi contoh yakni Nabi Daud yang puasa setengah tahun penuh. Hingga orang mengenalnya sebagai puasa Daud yang dilaksanakan sehari puasa sehari tidak puasa.
Agama lainnya juga menganjurkan atau mewajibkan puasa diantaranya: agama Yahudi melakukan puasa dalam 40 hari, kemudian Nabi Isa dan umatnya disuruh berpuasa dalam 50 hari. Karena berbagai pendapat dan yang lainnya hingga tradisi puasa di agama tersebut mulai tidak populer lagi. Ada cerita ibunda nabi Isa, Mariam berpuasa saat menjelang melahirkan Nabi Isa. Beliau juga bukan hanya berpuasa dari makanan tapi berpuasa berbicara. Dari berbagai riwayat dapat disimpulkan bahwa jauh sebelum ada kewajiban puasa sebagaimana disebut dalam ayat 183 surat Al Baqarah, agama-agama lain, nabi-nabi terdahulu juga mendapatkan kewajiban puasa.
Ayam berpuasa untuk meningkatkan suhu tubuhnya sehingga menunjang penetasan telurnya |
Pada pelajaran antropologi kuno kita ketahui bahwa bangsa Mesir Kuno, Majusi, Persia Kuno, Yunani Kuno, Jepang Kuno, Tiongkok Kuno, Buddha dan Hindu juga ada terdapat ibadah jenis model puasa dalam rangka dalam peningkatan kualitas diri. Puasa sendiri pada hakekatnya sebagai pembersih jiwa manusia. Kenapa sih diwajibkan puasa? Secara filsofis dapat dianalisis bahwa manusia tidak seperti binatang, manusia mempunyai banyak sekali potensi. Sayangnya atau mungkin untungnya manusia itu bebas, oleh Allah diberikan kebebasan. Dari kebebasan inilah yang membuat manusia tidak bisa terkendali dan sering lupa diri, berbeda dengan binatang yang juga diberikan potensi dan naluri. Namun karena binatang tidak bebas atau diberikan kebebasan, maka binatang tahu betul secara naluri misalnya ayam akan makan saat dia lapar saja, setelah itu dia berhenti makan saat kenyang. Binatang juga tahu kapan dia ber-reproduksi dan kapan harua berhenti ber-reproduksi, bahkan binatang tahu kapan mulai berpuasa dan kapan harus berbuka puasa.
Dalam ilmu biologi kita tahu bahqa binatang juga berpuasa, sebagai contoh ulat akan berpuasa demi metamorphosis menjadi kupu-kupu yang indah, tanpa berpuasa ulat akan mati dan tidak menjadi se-ekor kupu-kupu. Ular berpuasa demi kulit yang baru, sebelum kulit baru muncul ular berpuasa untuk menaikan suhu tubuhnya sehingga kulitnya mengelupas. Begitu juga dengan ayam yang berpuasa demi menetaskan telurnya, dengan berpuasa suhu tubuh ayam meningkat sehingga menunjang dalam mengerami telurnya. Dan yang paling terkenal puasa adalah beruang saat hibernasi di musim dingin selama tiga bulan. Begitu banyak contoh hewan berpuasa yang menggambarkan bahwa binatang itu mempunyai batas melalui instingnya.
Berbeda dengan manusia yang diberikan kebebasan, dimana manusia sering lupa dan tidak terkendali dalam makan minum dan syahwat (nafsu). Maka Allah memberikan kewajiban puasa atas manusia untuk menginggatkan akan batasnya. Bahwa betapa besar potensi manusia, betapa pun bebas manusia melakukan apapun, tapi dia mempunyai batas-batas yang jangan dilanggar. Sebagai contoh makan se-enak dia makan tetap ada batas dia ada kuat dan tidak kuat makan. Hal ini menginggatkan pada dawuh Rasulullah yang mengatakan "makanlah sebelum lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang" ini menginggatkan bahwa manusia itu mempunyai batas.
Kenapa manusia harus di-ingatkan terus?
Karena manusia selalu lupa akan batasnya sendiri. Dari ayat tentang puasa tersebut ada yang unik bahwa ayat puasa itu menggunakan kata kutibba yang mempunyai arti diwajibkan, yang tidak disebutkan secara eksplisit siapa yang mewajibkan. Mungkin hal ini ada rahasianya, dan bagi semua muslim Kita yakin bahwa Allah lah yang mewajibkan-nya. Tapi pada kalimat kutibba yang tidak disebut fa'il-nya, siapa yang mewajibkan itu, bisa ditafsirkan jika manusia mau merenungi dan berfikir hakekat dirinya. Maka manusia tidak berperlu diperintah/diwajibkan puasa, sehingga manusia akan memilih puasa. Jadi manusia mewajibkan dirinya sendiri untuk berpuasa. Hari ini banyak yang terlihat misalnya demi kesehatan, dan demi kecantikan orang berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa meski puasa adalah perintah Allah, tanpa diperintah sekalipun. Seandainya orang mau berfikir, merenung maka dia akan sadar bahwa puasa sangat bermanfaat.
Karena manusia selalu lupa akan batasnya sendiri. Dari ayat tentang puasa tersebut ada yang unik bahwa ayat puasa itu menggunakan kata kutibba yang mempunyai arti diwajibkan, yang tidak disebutkan secara eksplisit siapa yang mewajibkan. Mungkin hal ini ada rahasianya, dan bagi semua muslim Kita yakin bahwa Allah lah yang mewajibkan-nya. Tapi pada kalimat kutibba yang tidak disebut fa'il-nya, siapa yang mewajibkan itu, bisa ditafsirkan jika manusia mau merenungi dan berfikir hakekat dirinya. Maka manusia tidak berperlu diperintah/diwajibkan puasa, sehingga manusia akan memilih puasa. Jadi manusia mewajibkan dirinya sendiri untuk berpuasa. Hari ini banyak yang terlihat misalnya demi kesehatan, dan demi kecantikan orang berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa meski puasa adalah perintah Allah, tanpa diperintah sekalipun. Seandainya orang mau berfikir, merenung maka dia akan sadar bahwa puasa sangat bermanfaat.
Komentar