Manusia adalah bagian alam dengan kenischyaan perbedaan |
Puasa pada tahun kali ini berada di tahun politik, sehingga di masyarakat terasa perbedaan-perbedaan dan tabrakan pandangan, namun itu adalah manusiawi dan kenicahyaan. Ada baiknya kita belajar adab dalam perbedaan pendapat dengan ini semoga puasa kita tahun ini tidak mengurangi pahala karena perbedaan pendapat.
Ada kitab tipis dari Syeh Thaha Jabir Al Awani yang judulnya Etika Berbeda Pendapat Dalam Islam. Perbedaan pendapat ini ada beberapa:
1. Ikhtilaf itu berbeda dan sifatnya manusiawi, setiap orang wajar mempunyai perbedaan pendapat. Setiap orang mempunyai panutan (mazhab), idola, tokoh panutan dan keyakinan lainnya sehingga wajar jika seseorang mempunyai perbedaan pendapat.
2. Jaddal (bedebat), setiap orang bersi kukuh atas pandangannya dan ingin meyakinkan orang lain bahwa kamu salah aku benar. Jaddal mengimplikasikan adanya bantahan, diskusi, untuk menunjukan benarnya pendapat ku dan salahnya pendapat mu. Untuk bisa dalam level jaddal harus mengerti ilmunya, teknik dan tahu dasar-dasar yang dibutuhkan. Jadi tidak boleh jaddal jika tidak paham ilmunya, teknik metodenya dan adab jaddal yang baik. Ikhtilaf itu tidak masalah, namun mereka yang masuk ke ranah jaddal harus mempunyai kriteria di atas.
3. Sikkok, diskusi yang kasar, keras dan sifatnya hanya mencari menangnya sendiri tidak saling memahami, memberikan masukkan dan hanya saling klaim kebenaran. Sikkok melahirkan konflik.
Hari ini di media sosial itu yang terjadi adalah orang yang tidak mempunyai kapasitas jaddal, masuk ke ranah jaddal sehingga lahirnya sikkok dan terjadilah konflik. Hal ini menambah masalah, bukan menyelesaikan masalah yang lama tapi menambah masalah baru.
Syeh Jabir menginggatkan juga, ikhtilaf itu biasa cuma ada beberapa catatan sebelum menegaskan perbedaan atau menunjukan bahwa aku berbeda dengan orang lain:
1. Ditelaah ulang sehingga tidak terjadi perbedaan. Jadi, tidak tiba-tiba mengatakan aku berbeda. Sehingga harus ditelaah sebelum menegaskan perbedaan, ada baiknya menelaah terlebih dahulu. Jangan-jangan sebenarnya dasar padanganya sama, hanya cara implementasinya berbeda. Di sini harus berusaha untuk tidak terjadi perbedaan, kesatuan jauh lebih baik daripada berbedaan, meskipun nyatanya berbeda.
2. Berbeda bukan berarti berpisah, tidak bersaudara, berlawanan, pecah. Dalam hadist Rasulullah itu bersaudara yakni seperti bangunan yang saling menguatkan. Jadi setiap komponen matrial bangunan saling menguatkan.
3. Hati-hati meskipun kita yakin perbedaan itu sunatullah dan manusia, namun ada hal-hal yang bersifat fundamental seperti keislaman dasar, keimanan dasar. Dasar fundamental ini tidak boleh berbeda seperti jumlah rukun iman atau urutan rukun islam. Orang yang tidak setuju dengan dasar fundamental maka dia sudah bagian dari kita atau bahasa kasarnya dia sudah sesat.
4. Agama menyuruh kita untuk wattawa sobil'hak wattawa sobil'sobr, saling menasehati dengan sabar. Berbeda tidak apa-apa, tapi bukan berarti berpisah atau bukan saudara, namun saling berbagai, menasehati dan yang lainnya.
5. Memilih panutan yang baik dalam wawasan keilmuan, perilaku baik dan masyarakat menerimanya. Karena kadang-kadang panutan Kita inilah sumber ikhtilaf.
6. Kalau saudara kita menginggatkan maka harus diterima dengan baik, walaupun keputusan selanjutnya terserah kita, namun mendengarkan, menerima dengan baik adalah adab yang baik saat menerima nasehat.
Komentar